SDN PULOKALAPA III

Halaman SDN Pulokalapa III, UPTD TK, SD Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang. Menunggu uluran dan bantuan untuk penataan halaman

PERIODISASI KEPALA SEKOLAH

Pejabat baru yang menggantikan Pejabat lama di unit kerja semoga mampu menumbuhkan semangat meningkatkan pembelajaran.

AYO SEKOLAH

Belajar yang rajin, masa depanmu ditentukan dari apa yang kau pelajari di hari ini, semangat !!!.

AYO MEMBACA

Banyak baca banyak tahu, banyak tahu banyak ilmu, banyak ilmu Insya Alloh ……………. hirup moal katipu.

BUDAYAKAN HIDUP BERSIH

Budayakan Hidup Bersih, karena kebersihan sebagian dari Iman.

Senin, 28 Februari 2011

URUTAN BUPATI KABUPATEN KARAWANG

URUTAN BUPATI YANG MEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG

1.       
RADEN ADIPATI SINGAPERBANGSA (1633-1677)
Raden Adipati Singaperbangsa adalah putra Wiraperbangsa dari Galuh (wilayah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang). Bergelar Adipati Kertabumi IV. Memerintah selama 44 tahun, beliau wafat pada tahun 1677 dan di makamkan di Manggung, Ciparage, Desa Manggungjaya Kecamatan Cilamaya.

2.       
RADEN ANOM WIRASUTA  (1677-1721)
Raden Anom Wirasuta dalah putera Raden Adipati Singgaperbangsa, yang bergelar Raden Adipati Panatayuda I, beliau menjabat bupati selama 44 tahun menggantikan kedudukan ayahnya,setelah wafat beliau dimakamkan di Bojong Manggu Kecamatan Pangkalan. Kemudian makamnya dipindahkan ke komplek makam bupati Karawang di Manggung, Ciparage desa Manggungjaya Kecamatan Cilamaya, untuk mengenang jasa-jasanya, namanya diabadikan menjadi nama GOR Panatayuda.

3.       
RADEN JAYANAGARA (1721-1731)
Raden Jayanegara adalah putera Raden Anom Wirasuta yang bergelar Raden Adipati Panatayuda II, menjabat bupati selama 10 tahun, menggantikan ayahnya, pada masa beliau menjabat bupati pusat pemerintahan berada di Pangkalan. Beliau wafat di Pangkalan dan dimakamkan di Waru Tengah Kecamatan Pangkalan (sekarang wilayah Kecamatan Tegalwaru). Kemudian makam beliau dipindahkan ke komplek makam bupati Karawang di Manggung, Ciparage desa Manggungjaya Kecamatan Cilamaya.

4.       
RADEN MARTANAGARA (1732-1752)
Raden Martanegara memerintah Karawang selama 20 tahun, beliau adalah putera Raden Jayanagara, pada masa pemerintahannya pusat pemerintahan berada di Waru Pangkalan, beliau bergelar Raden Adipati Panatayuda III, setelah wafat beliau di makamkan di Waru Pangkalan.

5.       
RADEN MUHAMMAD SOLEH (1752-1786)
Raden Muhammad Soleh atau Raden Singanagara atau Raden Muhammad Zaenal Abidin adalah putera Raden  Martanagara, beliau bergelar Raden Adipati Panatayuda IV, yang memerintah selama 34 tahun menggantikan ayahnya, pada masa beliu pusat pemerintahan berada di Bunut Kertayasa Karawang. Setelah beliau wafat di makamkan diserambi mesjid agung Karawang, pada tanggal 5 Januari 1994 makamnya dipindah ke komplek makam bupati Karawang di Manggung, Ciparage desa Manggungjaya kecamatan Cilamaya.

6.       
RADEN SINGASARI (1786-1809)
Raden Singasari adalah putera mantu Raden Muhammad Soleh, bergelar Raden Adipati Panatayuda V.  Belaiu memimpin Karawang selama 23 tahun. Sebelum wafat beliua dipindah tugaskan menjadi bupati di Brebes. Belau wafat pada tahun 1836 dan dimakamkan di Duro Kebon Agung Jatibarang, Brebes Jawa Tengah.

7.       
RADEN ARIA SASTRADIPURA (1809-1811)
Raden Aria Sastradipura adalah putera Raden Muhammad Soleh,ditugaskan sebagai cutak (Demang) setingkat patih dengan tugas pekerjaan sebagai bupati.

8.       
RADEN ADIPATI SURYALAGA (1811-1813)
Raden Adipati Suryalaga nama kecilnya Raden Ema, puetra sulung Bupati Sumedang(1765-1783) menantu Pangeran Kornel, yaitu suami dari putri Nyi Raden Ageng. Beliau wafat di Sumedang dan dimakamkan di Talun, Sumedang. Karena itu beliau dikenal dengan subutan Dalem Talun.

9.       
RADEN ARIA SASTRADIPURA (1813-1820)
Raden Aria Satradipura untuk menjabat kedua kalinya sebagai Cutak di Karawang. Pada tahun 1813 kabupaten Karawang dihapuskan, tapi pada tahun 1821 di bentuk kembali dengan pusat pemerintahan di Wanayasa, Purwakarta.

10.   
RADEN ADIPATI SURYANATA (1821-1828)
Raden Adipati Suryanata, putera Raden Adipati Wiranata putra mantu Raden Aria Sastradipura. Menjabat bupati Karawang selama 9 tahun. Berkedudukan di Wanayasa Purwakarta. Wafat pada tahun 1829, dimakamkan di Nusa Bitu, Wanayasa Purwakarta.

11.   
RADEN ADIPATI SURYAWINATA (1828-1849)
Raden Adipati Suryawinata adik Raden Adipati Suryanata, memimpin selama 21 tahun. Dengan pusat pemerintahan di Sindangkasih, Purwakarta. Pada tahun1849 dialihtugaskan menjadi Bupati Bogor hingga wafat pada tahun 1872

12.   
RADEN MUHAMMAD ENOH (1849-1854)
Raden Muhamammad Enoh putera Raden Aria Wiratanudatar VI, bergelar Raden Sastranagara. Memimpin selama 5 tahun, wafat pada tahun 1854 dan dimakamkan di Mesjid Agung Purwakarta.

13.   
RADEN ADIPATI SUMADIPURA (1854-1863)
Raden Adipati Sumadipura, putera Raden Adipati Sastradipura (Bupati Karawang ke-8) bergelar Raden Tumenggung Aria Sastradiningrat I. Memimpin pemerintahan selama 9 tahun, dengan pusat pemerintahan di Purwakarta, wafat pada tahun 1863 dan di makamkan di Mesjid Agung Purwakarta.

14.   
RADEN ADIKUSUMAH (1883-1886)
Raden Adikusumah alis Apun Hasan Putra Uyang Ajian bergelar Raden Adipati Satradiningrat II. Beliau dilahirkan pada tahun 1837 dan wafat pada tahun 1886. jenazah Bupati Karawang ini dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.

15.   
RADEN SURYA KUSUMAH (1886-1911)
Menggantikan sang ayah (Raden Adikusumah), Raden Surya Kusumah alias Apun Harun yang bergelar Raden Adipati Sastradiningra III menjabat Bupati Karawang selama 25 tahun. Beliau wafat pada tahun 1935 dan dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta

16.   
RADEN TUMENGGUNG ARIA GANDANAGARA (1911-1925)
Setelah Raden Surya Kusumah wafat, adiknya Raden Tumenggung Adia Gandanagara yang bergelar Raden Adipati Sastradiningrat III dan juga dikenal dengan sebutan Dalem Aria menjabat Bupati Karawang selama 14 tahun. Raden Tumenggung Aria Gandanagara wafat pada tahun 1940 dan dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.

17.   
RADEN ADIPATI ARIA SURYAMIHARJA (1925-1942)
Raden Adipati Aria Suryamiharja adalah putra Raden Suryakusumah, Bergelar Raden Adipati Satradiningrat III. Memimpin selama 14 tahun, berkedudukan di Purwakarta, Wafat [da tahun 1940, dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta
18.   
RADEN PANDUWINATA (1942-1945)
Beliau adalah Bupati Karawang terakhir yang berkantor pusat di Purwakarta. Dengan sebutan Raden Kanjeng Pandu Suriadiningrat, Raden Panduwinata menjabat Bupati Karawang pada masa pendudukan Jepang. Berkedudukan di Subang

19.   
RADEN JUARSA (1945 – 1948 )
Berhubung dengan sedang bergolaknya Revolusi, maka pada masa pemerintahan Karawang dipimpin Raden Juarsa, pusat pemerintahan dialihkan dari Wanayasa Purwakarta ke Subang.

20.   
RADEN ATENG SURAPRAJA dan R. MARTA (1948-1949)
Tahun 1948-1949, saat perjuangan kemerdekaan negara ini tengah bergejolak, ditunjuklah dua orang Bupati Karawang oleh dua pemerintahan yang berbeda, yaitu: RADEN ATENG SURAPRAJA yang ditunjuk oleh negara Pasundan (bentukan Recomba) yang berkedudukan di Subang dan R. MARTA yang ditunjuk oleh pemerintah Republik Indonesia dan berkedudukan di Pangkalan. Pusat Pemerintahan kembali Ke Karawang

21.   
R.M. HASAN SURYA SACA KUSUMAH (1949-1950)
Di masa kepemimpinan pemerintahan Karawang oleh R.M. Hasan Surya Saca Kusumah, Kabupaten Karawang terpisah dari Purwakarta sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 1950 tentang pembentukan daerah kabupaten di lingkungan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Sedangkan Purwakarta, masih beribukota di daerah Subang.
Namun, berdasarkan sumber lain dikatakan bahwa berdasarkan keputusan wali negeri Pasundan nomor 12, tanggal 29 Januari 1949, bahwa Kabupaten Karawang dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Karawang Barat di Karawang dan Kabupaten Karawang Timur (Kabupaten Purwakarta) yang berpusat di Subang.
Adapun Kabupaten Karawang Barat meliputi daerah Kewedanaan Karawang, Rengasdengklok,
Cikampek, Cikarang, Tambun dan Sarengseng. Sedangkan Kabupaten Karawang Timur (Purwakarta) meliputi daerah Kawedanaan Subang, Diasem, Pamanukan, Sagalaherang dan Kawedaan Purwakarta.

22.   
RADEN RUBAYA (1950-1951)
Raden Rubaya memegang jabatan Bupati Karawang hanya setahun. Beliau adalah putra Raden Suryanatamiharja asal Sumedang yang menjabat Wedana Leles di Garut.

23.   
MOH. TOHIR MANGKUDIJOYO (1951-1960)
Sebagai pengganti jabatan Bupati Karawang, Moh. Tohir Mangkudijoyo, putra Jaka asal Plered menjabat selama 9 tahun. Pada masa pemerintahannya, beliau didampingi oleh kepala daerah Moh. Ali Muchtar putra Cakrawiguna (komis Pos Plered) asal Jatisari. Selama Moh. Tohir angkudijoyo menjabat Bupati, Karawang mengalami 3 (tiga) macam pergantian pemerintahan daerah, yakni; pemerintahan daerah sementara yang berlangsung dari tanggal 30 Desember 1950 – 22 September 1956 yang terdiri atas, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPR-S) sebagai undur legislatif yang diketuai oleh M. Sukarmawijaya dan Dewan Pemerintahan Daerah
Sementara (DPRS) sebagai unsur eksekutif yang diketuai oleh Moh.Tohir Mangkudijoyo dan wakilnya Suhud Hidayat.

24.   
LETKOL (inf) H. HUSNI HAMID (1960-1971)
Sebelum menjabat Bupati Karawang, Letnan Kolonel (inf) H. Husni Hamid adalah seorang komandan Kodim 0604 Karawang. Beliau adalah putra ketiga dari Bapak Haji Abdul Hamid asal Cilegon, Banten. Pada masa kepemimpinannya, jabatan Bupati Karawang merangkap sebagai Kepala Daerah dan ketua DPR-GR berdasarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 dan peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 1960. Namun dirubah kembali oleh Undang-Undang nomor 19 tahun 1963 yang menyatakan bahwa jabatan Bupati tidak lagi merangkap sebagai ketua DPR-GR.
Pada tahun 1964-1968, Letkol (inf) H. Husni Hamidmenjabat Bupati Karawang didampingi oleh ketua DPR-GR, damanhuri Sodiq, putra Raden H. Sodiq, seorang penghulu Karawang asal Bogor, lalu pada periode selanjutnya, 1969-1971, Letkol (inf) H. Husni Hamid didampingi oleh ketua DPR-GR, Kosim Suchuri, putra H. Ahmad Sai’id. Tahun 1980, H. Husni Hamid wafat dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung. Di masa itulah, Karawang mulai melakukan pembangunan disebelah utara.

25.   
KOLONEL (inf) SETIA SYAMSI (1971-1976)
Menjabat satu periode (5 tahun), Kolonel (inf) Setia Syamsi adalah putra E.Suparman asal Bandung. Bupati kelahiran 3 April 1926 ini sebelumnya menjabat Bupati Karawang adalah Komandan Kodim 0604 Karawang (1964-1969), Kepala Staf Brig. 12/ Guntur Dam VI/ Siliwangi di Cianjur (1969-1971).

26.   
KOLONEL (inf) TATA SUWANTA HADISAPUTRA (1976-1981)
Putra Taslim Kartajumena asal Cirebon ini sebelum menjabat Bupati Karawang adalah Komandan Kodim Garut yang kemudian beralih tugas ke Korem Tarumanegara di Garut dan anggota DPRD tingkat I Jawa Barat.

Kolonel (inf) Tata Suwanta Hadisaputra adalah putra kelahiran Bandung tanggal 23 April 1924. saat menjabat Bupati Karawang sampai tanggal 7 Juli 1977, beliau didampingi oleh ketua DPRD, Letkol (inf) R.H. Jaja Abdullah. Selanjutnya, mulai tanggal 26 Agustus 1977, didampingi ketua DPRD, Letkol (Inf) H. Sujanan Priyatna.

27.   
KOLONEL CPL. H. OPON SOPANDJI (1981-1986)
Kolonel CPL. H. Opon Sopandji adalah putra Atmamiharja asal Sukapura, Tasikmalaya. Sebelum menjabat Bupati Kepala Daerah tingkat II Karawang, beliau adalah ketua DPRD kabupaten Bogor. Semasa menjabat Bupati di Karawang, Kolonel CPL. H. Opon Sopandji didampingi oleh ketua DPRD, Letnan (inf) H. Sujana Priyatna. Setelah masa jabatan Bupati Karawang selesai, Kolonel CPL. H. Opon Sopandji, menjabat kembali sebagai ketua DPRD kabupaten Bogor.

28.   
KOLONEL CZI H. SUMARNO SURADI (1986-1996)
Selama menjabat Bupati Karawang, Kolonel CZI H. Sumarno Suradi didampingi oleh Ketua DPRD, Letkol (Inf) H. Sujana Priyatna hingga tanggal 16 Juli 1992. selanjutnya, jabatan ketua DPRD digantikan oleh Kolonel (inf) H. Jamal Safiudin yang dilahirkan di Bandung, 16 Juli 1938. Kolonel CZI H. Sumarno Suradi adalah putra Suradi asal Bandung. Sebelum menjabat Bupati di Karawang, jabatan beliau adalah sebagai Kepala Markas wilayah Pertahan Sipil (Ka. Mawil Hansip) VIII daerah tingkat I Propinsi Jawa Barat.

29.   
KOLONEL (inf) Drs. H. DADANG S. MUCHTAR (1996-2000)
Setelah 2 periode (10 tahun) menjabat Bupati Karawang, akhirnya jabatan Kepala daerah tingkat II Karawang itu diserahterimakan oleh Kolonel CZI H. Sumarno Suradi kepada Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar, putra R.E. Herman asal Klanengan Cirebon. Pada masa kepemimpinan ini, Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar didampingi ketua DPRD Kolonel (inf) H. Jamal Safiudin sampai dengan tanggal 3 Agustus 1999. Selanjutnya, Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar didampingi ketua DPRD, Adjar Sujud Purwanto, putra A.S Wagianto, seorang pejuang 45 asal Cikampek. Letkol Inf Drs. H. Dadang S. Muchtar dilantik sebagai Bupati Karawang pada tanggal 15 mei 1996 oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat, R. Nuriana atas nama Menteri Dalam Negeri. Sebelum menjabat Bupati Karawang, Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar, jabatan beliau adalah sebagai assisten logistik Kodam II/Siliwangi.

Berdasarkan SK Mendagri Nomor 141. 32-055 tanggal 21 Februari 2000, secara resmi, Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar berhenti menjabat Bupati Karawang dan kembali ke Markas Besar TNI

30.   
RH. DAUD PRIYATNA, SH, M.Si (tahun 2000)
Setelah Kolonel (inf) Drs. H. Dadang S. Muchtar kembali ke Mabes TNI, sebelum habis masa jabatannya, sebagai pejabat sementara Bupati Karawang dipegang oleh wakilnya, R.H. Daud Priyatna asal Pedes Karawang yang lahir pada tanggal 29 Juli 1941.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.32.055 tanggal 21 Februari 2000. R.H. Daud Priatna selain menjabat Bupati Karawang juga merangkap sebagai wakil Bupati Karawang. Sebelum menjabat sebagai Pj. Bupati Karawang, jabatan R.H. Daud Priyatna adalah sekretaris wilayah daerah tingkat II Subang. Beliau menjabat Pj. Bupati Karawang didampingi oleh ketua DPRD, H. AS Purwanto. Beliau melanjuti masa jabatan Bupati Karawang hingga tahun 2000.

31.   
H. ACHMAD DADANG (2000-2005)
Setelah R.H. Daud Priyatna menyelesaikan jabatan Bupati Karawang tahun 2000
Kabupaten Karawang mengadakan pesta demokrasi Pemilihan Bupati Karawang periode
tahun 2000-2005. DPRD, selaku penyelenggara pilbup tersebut.
H. Achmad Dadang yang didampingi oleh H. Shalahudin Muftie ikut serta dalam pemilihan Bupati tersebut. Pada putaran terakhir pemilihan Bupati Krawang, H. Achmad Dadang dan H. Shalahudin Muftie meraih suara terbanyak dari wakil rakyat yang duduk di DPRD Karawang. Hingga kini keduanya masih menduduki jabatan Bupati dan wakil Bupati terpilih itu. H. Achmad Dadang sebelum menjabat sebagai Bupati Karawang, jabatan beliau adalah Komandan Kodim Kabupaten Pidi, Propinsi Aceh. Beliau adalah putra daerah asal Cilamaya Karawang kelahiran 8 Agustus 1948,
putra seorang tokoh Cilamaya, Tjasban. H. Achmad Dadang dan H wafat pada tahun 2007

32.   
Drs H DADANG S MUCHTAR (2005-2010)
Sebagai “militeris”, langkah Dadang S Muchtar terbilang gesit. Dari kalangan muslim hingga konglomerat diurusnya. Gerak reformis tampaknya sudah berurat, berakar dalam nadi darah Dadang S Muchtar. Meski sejak 2 Oktober tahun ini Kolonel TNI Purnawirawan kelahiran Cirebon 53 tahun silam ini sudah terpilih menjadi Bupati Karawang terpilih, langgamnya tak banyak berubah.
Dasim, demikian panggilan akrabnya, tetap kerap menyongsong risiko demi mencapai tujuan yang diinginkan. Batas-batas yang semula tampak musykil dilewati dan diterabasnya. Langkahnya yang zig-zag kerap mengundang kontroversi. Banyak orang mengingat Dasim ketika meng’hotmik’ jalan di Kabupaten Karawang. Pada awalnya, banyak yang tak yakin, sepanjang jalan Karawang mulai pelosok terpencil hingga daerah perkotaan itu mendapat perhatian Bupati Karawang. Maklum, sepanjang sejarah Bupati Karawang, jalan kampung–demikian istilahnya, jarang dilirik, apalagi disentuh hotmik. Cukup tanah merah atau paling bagus sirtu. Namun sejak Dasim menjadi Bupati Karawang tahun 1995, rakyat Karawang merasakan jalan licin beraspal. Sedikit berlubang, ditambal. Dan bahkan bila perlu masyarakat mengajukan permohonan hotmik di jalan tanah lainnya. Itulah Dasim. Makanya tak mengagetkan, bila kemudian ia mencalonkan sebagai Bupati Karawang pada pemilihan secara langsung oleh rakyat, suara terbanyak pun diperolehnya. Bisa jadi, itu semua berkat tapak yang mengena hati rakyat Karawang. Gerak hotmik itu juga terlihat ketika masyarakat dihadapkan pada jalan berlubang akibat Pemerintahan Bupati Achmad Dadang yang kurang perhatian. Dasim menunjukkan kepribadiannya meski tidak menjadi Bupati Karawang. Ia, dengan koceknya pribadi tak sungkan mengaspal jalan tanah, menambal jalan berlubang dan memperbaiki saluran-saluran air. Pemerintah sempat terbelalak dan kebakaran jenggot, manakala Dasim menunjukkan kinerja rekanan yang terkesan asal-asalan dalam melaksanakan pekerjaan order Pemda mengaspal jalan. Sebelum keluar kata keluhan dari masyarakat tentang kondisi jalan aspal yang mudah berlubang meski baru sebulan diperbaiki, protes Dasim jauh-jauh hari sudah keluar. Dalam sejumlah kesempatan, Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karawang ini menyuarakan majunya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan akan membawa berbagai pengaruh positif bagi masa depan dalam berbagai kehidupan. Pembangunan-pembangunan dibidang pendidikan, harus ditingkatkan dan para penyelenggara pendidikan harus sertanggungjawab. Pemerintah, harus mengalokasikan anggaran yang memadai terhadap penyelenggaraan pendidikian, mengupayakan perluasan dan pemerataan pendidikan dan keterampilan yang mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sector industri dan jasa perdagangan, meningkatkan pembinaan dan peningkatan kualitas guru pada semua tingkatan dan meningkatkan pelaksanaan program wajib belajar.

33.   
Drs H. ADE SWARA, MH ( 2010 s.d SEKARANG )
Putra H. Edi Suhaedi, berasal dari Desa Cilamaya Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang, Bupati terpilih dalam Pemilukada Kabupaten Karawang 2010.
 Ditulis Oleh Maman Sidik
Sumber Tulisan :
  • 1.      Sejarah Perjuangan Karawang dan Sekitarnya 1945-1950 ; Dinas Pendidikan Kabupaten Karawang
  • 2.      Buku Pelajaran IPS Kelas 4; Mengenal Kabupaten Karawang; Farhan Ardiana; Drs. Suhendar Yudamulya, Drs. Ujib Budiawatillah, Penerbit : Tauhisa 2010

BAHASA SUNDA 4

NGARAN WAKTU DINA BAHASA SUNDA


Wanci janari gedé  
:
kira-kira tabuh 01.00 – 03.00 peuting.

Wanci janari leutik  
:
kira-kira tabuh 03.30 – 04.30

Wanci balébat  
:
waktu pajar geus udat-udat (sinar panonpoé) beulah wetan (± tabuh 04.30)

Wanci carangcang tihang  
:
wanci liwat pajar, téténjoan remeng-remeng kénéh (± tabuh 04.30 – 05.00)

Wanci haneut moyan  
:
waktu sedeng ngeunah dipaké moyan (± tabuh 07.00 – 08.30)

Wanci rumangsang  
:
waktu panonpoé geus mimiti karasa panas (± tabuh 09.00)

Wanci pecat sawed  
:
waktu munding anu dipaké magawe dilaan sawedna (± tabuh 10.00)

Wanci manceran/lohor  
:
waktu panonpoé luhureun sirah, tengah poé (tabuh 12.00)

Wanci lingsir ngulon  
:
waktu panonpoé geus mimiti gésér ka kulon (tabuh 13.00)

Wanci panonpoé satangtung  
:
± tabuh 15.00

Wanci tunggang gunung  
:
panonpoé geus rék surup, ayana dina luhureun gunung (± tabuh 16.00-17.00)

Wanci sariak layung  
:
waktu layung (sinar panonpoe) di langit katénjo beureum. (± tabuh 17.00 – 18.00)

Wanci sareupna  
:
geus mimiti reup poék (± tabuh 18.30)

Wanci sareureuh budak  
:
waktu budak leutik geus mimiti carapéeun tas hareureuy jeung dulurna (± tabuh 20.00)

Wanci tengah peuting  
:
± tabuh 24.00


Kamis, 24 Februari 2011

MURID SI PEMATUNG

Alkisah, di pinggir sebuah kota, tinggal seorang seniman pematung yang sangat terkenal di seantero negeri. Hasil karyanya yang halus, indah, dan penuh penghayatan banyak menghiasi rumah-rumah bangsawan dan orang-orang kaya di negeri itu. Bahkan, di dalam istana kerajaan hingga taman umum milik pemerintah pun, dihiasi dengan patung karya si seniman itu.

Suatu hari, datang seorang pemuda yang merasa berbakat memohon untuk menjadi muridnya. Karena niat dan semangat si pemuda, dia diperbolehkan belajar padanya. Bahkan, ia juga diijinkan untuk tinggal di rumah paman si pematung.

Sejak hari itu, mulailah dia belajar dengan tekun, mengukur ketepatan bahan adonan semen, membuat rangka, cara menggerakkan jari-jari tangan, dan mengenali setiap tekstur sesuai bentuk dan jenis benda yang akan dibuat patung, dan berbagai kemampuan mematung lainnya.

Setelah belajar sekian lama, si murid merasa tidak puas. Sebab, menurutnya, hasil patungnya belum bisa menyamai keindahan patung gurunya. Dia pun kemudian menganalisa dengan seksama, lantas memutuskan meminjam alat-alat yang biasa dipakai gurunya. Dia berpikir, rahasia kehebatan sang guru pasti di alat-alat yang dipergunakan.

“Guru, bolehkan saya meminjam alat-alat yang biasa Guru pakai untuk mematung? Saya ingin mencoba membuat patung dengan memakai alat-alat yang selalu dipakai guru agar hasilnya bisa menyamai patung buatan Guru.” “Silakan pakai, kamu tahu dimana alat-alat itu berada kan? Ambil saja dan pakailah,” jawab sang guru sambil tersenyum.

Selang beberapa hari, dengan wajah lesu si murid mendatangi gurunya dan berkata, “Guru, saya sudah berusaha dan berlatih dengan tekun sesuai petunjuk Guru, memakai alat-alat yang biasa dipakai Guru. Kenapa hasilnya tetap tidak sebagus patung yang Guru buat?”

“Anakku, gurumu ini belajar dan berlatih membuat patung selama puluhan tahun. Mengamati obyek benda, mencermati setiap gerak dan tekstur, kemudian berusaha menuangkannya ke dalam karya seni dengan segenap hati dan seluruh pikiran. Tidak terhitung berapa kali kegagalan yang telah dibuat, tapi tidak pernah pula berhenti mematung hingga hari ini. Bukan alat-alat bantu yang engkau pinjam itu yang kamu butuhkan untuk menjadi seorang pematung handal, tetapi jiwa seni dan semangat untuk menekuninya yang harus engkau punyai. Dengan begitu, lambat laun engkau akan terlatih dan menjadi pematung yang baik.”
“Terima kasih Guru, saya berjanji akan terus berlatih, mohon Guru bersabar mengajari saya.”

Pembaca yang berbahagia,
Untuk menciptakan sebuah maha karya, tidak cukup hanya mengandalkan talenta semata. Kita butuh proses belajar dan ketekunan berlatih bertahun-tahun. Bahkan, meski dibantu alat-alat secanggih apapun, hasil yang didapat sebenarnya sangat tergantung pada tangan-tangan terampil dan terlatih yang menggerakkannya.



Demikian pula dalam kehidupan ini, jika ingin meraih prestasi yang gemilang, ada harga yang harus kita bayar! Apapun bidang yang kita geluti, apapun talenta yang kita miliki, kita membutuhkan waktu, fokus dan kesungguhan hati dalam mewujudkannya hingga tercapai kesuksesan yang membanggakan!!!


Ditulis Oleh : Maman Sidik
Sumber : Psikologi Pendidikan

Senin, 21 Februari 2011

Hidup sampai tua, belajar pun sampai tua

Judul artikel diatas adalah kata klasik yang mengandung filosofi kehidupan/ seringkali kita tahu baik melalui buku-buku bacaan/artikel di koran/seminar/acara di tv/radio atau lewat komunikasi lainnya. Kalau kita hanya sekedar tahu akan kata-kata : hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas!

Maka kita hanya mengetahui secara teori/ atau hanya sekedar sebagai pengetahuan saja/ tentu sayang sekali karena kita tidak memaknainya dengan mempraktekan dan mendapatkan manfaat dari kata-kata motivasi diatas.

Bagi saya sendiri/ kata-kata hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas ini/ bukan sekedar teori kosong/ bukan pula sekedar sebagai pengetahuan biasa, tetapi telah saya sadari dan saya jalani selama ini.

Kita ambil contoh dalam kenyataan hidup, mulai dari manusia di lahirkan bertumbuh menjadi balita(proses belajar dan berjuang terus berlangsung mulai belajar disuapi makanan, minum, berbicara, berjalan, berlari dan lainnya), lalu saat menjadi anak-anak, remaja, dan dewasa sekalipun, proses belajar dan berjuang terus berjalan/ mulai dari belajar menulis, membaca, di sekolah, kuliah, bekerja, berkeluarga atau mencari dan mengembangkan ilmu-ilmu yang lainnya. Bahkan sampai manusia itu menjadi tua, tidak ada fase pertumbuhan manusia yang tidak dalam proses/belajar dan berjuang terus menerus secara berkesinambungan.

Kita bisa melihat kemajuan-kemajuan yang tercipta di dunia ini, baik itu perorangan, perkumpulan, perusahaan ataupun sebuah negara dan penemuan-penemuan yang spektakuler. Pasti di balik semua keberhasilan adalah kristalisasi dari proses belajar dan berjuang habis-habisan dari semua orang yang terlibat.

Jika mampu menyadari bahwa hidup ini adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas, tentu pengertian ini akan melahirkan keberanian kita untuk menjalani kehidupan ini dengan penuh gairah! Saat kita di hadapkan pada permasalahan-permasalahan yang menghadang. Kita tidak akan mudah mengeluh dan tidak mudah menuduh apalagi menyalahkan orang lain sebagai penyebab timbulnya masalah. Dan dari setiap masalah-masalah yang mampu di atasi akan menumbuh kembangkan kekayaan mental kita dan kebijaksanaan dalam mengarungi kehidupan ini.

Dengan mental seperti itu, pasti, hidup kita senantiasa akan terasa bergairah, dan kita akan selalu termotivasi untuk mengembangkan potensi diri kita melalui keberanian dan menentukan tujuan hidup yang bernilai untuk kita raih.

Hidup sampai tua, belajar pun sampai tua.
Sehingga saat kita meraih keberhasilan/tidak perlu bersikap angkuh/ dan saat mengalami kegagalan/ tidak perlu bersikap rendah diri. Tetapi terus belajar dan terus belajar.

Tentu harapan saya, kita hidup bukan sebagai pengumpul data atau teori belaka, tetapi kita siap menciptakan teori dengan berani menentukan target dan berani belajar serta berjuang dalam arti kata yang sebenarnya.

Ditulis Oleh : MAMAN SIDIK

Minggu, 20 Februari 2011

NAMA KEPALA SEKOLAH SE-KECAMATAN LEMAHABANG

DISAJIKAN DALAM BENTUL TABEL


NO.
NAMA KEPALA SEKOLAH
NIP.
NAMA SEKOLAH
NSS
1
SANUSI, S.Pd
19600809 198305 1001
SDN LEMAHABANG I 101022114001
2
SITI JUHAEROH
19570913 197803 2004
SDN LEMAHABANG II 101022114002
3
YUNUS, S.Pd
19630604 198410 1005
SDN LEMAHABANG III 101022114003
4
SITI RUKAENAH,S.Pd
19610415 198204 2004
SDN LEMAHABANG IV 101022114007
5
KASDI,S.Pd
19620809 198610 1002
SDN LEMAHABANG V 101022114008
6
OJI FACHROUJI,S.Pd
19622012 198305 1001
SDN CIWARINGIN I 101022114009
7
H.ROHYAT NURDIN,S.Pd
19640617 198803 1007
SDN CIWARINGIN II 101022114010
8
ANWAR, S.Pd
19680217 199212 1001
SDN CIWARINGIN III 101022114011
9
ROJAK, S.Pd
19610817 198803 1009
SDN CIWARINGIN IV 101022114012
10
SABDA RUSDIANA
19580326 197803 1002
SDN KEDAWUNG I 101022114013
11
Hj.DJUMINEM,S.Pd
19561225197604 2001
SDN KEDAWUNG III 101022114018
12
YETI MARYATI, S.Pd
19650314 198803 2006
SDN PULOKALAPA I 101022114016
13
H.UDIN MAHPUDIN,SH, S.Pd
19660610 198703 1004
SDN PULOKALAPA II 101022114017
14
Hj. YOYOH RODIAH, S.Pd.
19610410 198204 2003
SDN PULOKALAPA III 101022114018
15
AS. HERMAWAN
19510103 197803 1002
SDN PASIRTANJUNG I 101022114019
16
YONO SURYANA, S.Pd
19630411 198305 1007
SDN PASIRTANJUNG II 101022114021
17
SUKAR, S.Pd
19640606 198610 1003
SDN PASIRTANJUNG III 101022114022
18
IYAS ISKANDAR
19581119 197912 1002
SDN KARYAMUKTI I 101022114024
19
SUTATI, S.Pd
19651003 198610 2002
SDN KARYAMUKTI II 101022114025
20
NURDIN, S.Pd
19620709 198410 1009
SDN PULOJAYA I 101022114026
21
ASEP SUDANA,S.Pd
19621119 198310 1001
SDN PULOJAYA III 101022114028
22
ROMLI, S.Pd
19681218 199003 1005
SDN PULOJAYA III 101022114029
23
SALSIOH, S.Pd
19640705 198703 2007
SDN LEMAHMUKTI I 101022114030
24
MUHTADIN, S.Pd.I
19590117 198308 1002
SDN LEMAHMUKTI II 101022114031
25
SUSI SULASTRI, S.Pd
19610831 198304 2002
SDN KARANGTANJUNG I 101022114032
26
SUPRIATIN, S.Pd
19630506 198610 2001
SDN KARANGTANJUNG II 101022114033
27
BUANG, S.Pd
19630411 198410 1004
SDN WARINGINKARYA I 101022114034
28
LUKMAN HAKIM,S.Pd
19650624 198803 1004
SDN WARINGINKARYA II 101022114035
29
AJAT, S.Ag
19620705 198305 1005
SDN PULOMULYA I 101022114036
30
ITOH MASITOH, S.Pd
19661109 198902 2002
SDN PULOMULYA II 101022114037

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More